Babad
Tanah Jawi Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647
Histriografi
tradisional Indonesia adalah karya tulis yang dibuat oleh pujangga dari suatu
kerajaan, baik dari kerajaan yang bercorak Hindu/Budha maupun kerajaan yang
bercorak Islam di Nusantara Indonesia pada zaman dahulu. Karya-karya sejarah
yang ditulis oleh para pujangga dari lingkungan keraton ini hasil karyanya
biasa disebut Historigrafi Tradisional. Contoh karya sejarah yang berbentuk
historiografi tradisional yang ditulis oleh para pujangga keraton dari kerajaan
hindu/budha sebagai berikut : Babad Tanah Pasundan, Babad Parahiangan, Babad
Tanah Jawa, Pararaton, Nagarakertagama, Babad Galuh, Babad Sriwijaya, dan
lain-lain. Sedangkan karya historiografi tradisional yang ditulis para pujangga
dari kerajaan Islam diantaranya : Babad Cirebon, Babad, Babad Tanah Jawi.
Babad
adalah karya tulis yang menceritakan tentang pendirian suatu kerajaan dan
sekitar peristiwa seputar kerajaan. Babad bisa dijadikan sumber sejarah karena
memuat sejarah serta asal-usul tokoh, bahkan terkadang berkesan menceritakan
kelebihan tokoh. Babad Tanah Jawi ditulis oleh Mataram dan isinya berkisar
tentang silsilah raja Mataram, yaitu dengan menarik garis keturunan dari
manusia pertama Nabi Adam. Memuat berbagai macam cerita seputar awal berdirinya
Kerajaan Mataram, peristiwa sekitar Mataram. Babad Tanah Jawi diterjemahkan
dari buku yang berjudul Punika Serat Babad Tanah Jawi Saking Nabi Adam Doemoegi
ing Taoen 1647 dan disusun oleh W.L.
Olthof.
Berikut
ciri-ciri Histriografi Tradisional Indonesia dalam Babad Tanah Jawi;
a. Bersifat
istana sentris, yaitu seputar kehidupan kerajaan Islam mulai dari Demak hingga
kekuasaan Mataram, tidak dijelaskan tentang kehidupan rakyat sekitar kerajaan.
b. Bersifat
religio magic, menceritakan sesorang yang memiliki kekuatan ghaib sehingga
terkesan kuat dan membuat orang takut kemudian bersedia mengikuti
perintah/ajarannya. Ki Pamanahan bersama Ki Panjawi berhasil membunuh Arya Panangsang
atas restu dari Sultan mendirikan Kerajaan di Mataram.
c. Menjelaskan
silsilah Raja-raja yang berkuasa.
d. Perpindahan
kekuasaan Raja berdasarkan keturunan, atau yang paling tua. Bisa menjadikan
sumber sejarah bahwa pergantian raja yang diterangkan dibabad berdasarkan
keturunan. Terlihat pada bab wafatnya Sultan Agung. “uwa Purbaya,
rasanya-rasanya saat ini saya sudah waktunya untk menghadap Allah. Hanya pesan
saya, yang pantas mengganti menjadi sultan di Mataram ini adalah putera saya
yang tua, yaitu Pangeran Adipati Arya Mataram, sedang putera saya yang muda
biarlah ikut juga...”
e. Menganggap
raja sebagai dewa, semua yang diperintah oleh raja selalu dipatuhi oleh para
bawahanya. “Kawula Mataram semua, saya perintahkan untuk membuat bata, saya
akan pindah dari kota Karta, bekas istana. Kanjeng Rama almarhum akan saya
tinggalkan. Saya bermaksud membangun kota di Plered.”Bala Mataram menyatakan
bersedia melaksanakan perintah raja.
f. Usaha
untuk melegitimasi dengan banyaknya gelar yang disebutkan dalam cerita babad
Tanah Jawi. Setiap orang yang berkuasa
atau memiliki kedudukan diberi gelar seperti, Panembahan, Adipati, Sultan, Senopati.
g. Memuat
cerita dengan berbagai dialog-dialog ( yang menceriatakan suasana zaman
tersebut.
h. Alur
cerita dalam Babad Tanah Jawi tidak kronologis, cerita antar bab tidak
berkesinambungan.
i.
Ceritanya ada unsur dongeng dan sulit
dipercaya dengan akal pikiran, pada awal bab buku sering disebut kata
“alkisah”. Unsur yang sulit diterima oleh akal pikiran manusia, Ki Ageng Sela
sedang pergi kesawah membawa cangkul dalam keadaan hujan. Saat itu menjelang
Ashar, baru tiga cangkulan lalu ada kilat datang dalam rupa seorang laki-laki.
Kyai Ageng tahu bahwa kilat harus ditangkap. Kilat itu berbunyi menggelegar. Ki
Ageng kukuh menggengam. Kilat lalu diikat, diserahkan ke Demak.
j.
Menonjolkan daerah kekuasaan kerajaan. “Mataram
tanahnya rata, banyak air, buah-buahan, pala gumantung, pala kapendem, pala
kesimpar, hasil buah bergantung, didalam tanah, dan sejenis buah diatas tanah.
Segala tanaman bisa hidup subur. Segala macam binatang di air, dan juga banyak.
Banyak sumber air yang jernih. Orang berjualan juga banyak. Ada yang lalu
membuat rumah”.(hal 130)
“Mataram
semakin bertambah penduduknya dalam kehidupan yang serba mewah. Tempat ini
semakin ramai pula”. (hal 143)
k. Masih
kental dengan cerita peperangan. Perang antara Arya Panangsang dan Ki Panjawi
bersama Ki Pamanahan. Perang merebutkan Blambangan, perang melawan Belanda.
l.
Ada unsur cerita percintaan antar Tokoh.
Pernikahan Lembu Peteng dan Retna Nawangsih. Kisah cinta Adipati Anom dan Rara
Oyi yang jelita.
m. Penanggalan
waktu berdasarkan tahun atau sengkalan, tidak disebutkan tanggal atau bulan
terjadi peristiwa. “Setelah sampai di Mataram, lalu mulai membangun perumahan
di situ, waktu itu diberi sengkalan tahun 1532” (hal 130). Meninggalnya Sultan
Agung dengan sengkalan tahun 1578.
n. Nama
wilayah yang disebutkan dibuku sampai saat ini masih bisa ditemui. Misalnya
Surabaya, Jakarta, Madiun, Makasar, Plered, dll.
o. Barang
atau benda kadang diberi nama, seperti contohnya, Sunan Kudus lalu berangkat
membawa bendhe (gong kecil), wasiat dari mertuanya Adipati Terung. Bende itu
bernama Ki Macan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar