Jumat, 26 April 2013

histriografi tradisional dalam Babad Tanah Jawi


Babad Tanah Jawi Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647
Histriografi tradisional Indonesia adalah karya tulis yang dibuat oleh pujangga dari suatu kerajaan, baik dari kerajaan yang bercorak Hindu/Budha maupun kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara Indonesia pada zaman dahulu. Karya-karya sejarah yang ditulis oleh para pujangga dari lingkungan keraton ini hasil karyanya biasa disebut Historigrafi Tradisional. Contoh karya sejarah yang berbentuk historiografi tradisional yang ditulis oleh para pujangga keraton dari kerajaan hindu/budha sebagai berikut : Babad Tanah Pasundan, Babad Parahiangan, Babad Tanah Jawa, Pararaton, Nagarakertagama, Babad Galuh, Babad Sriwijaya, dan lain-lain. Sedangkan karya historiografi tradisional yang ditulis para pujangga dari kerajaan Islam diantaranya : Babad Cirebon, Babad, Babad Tanah Jawi.
Babad adalah karya tulis yang menceritakan tentang pendirian suatu kerajaan dan sekitar peristiwa seputar kerajaan. Babad bisa dijadikan sumber sejarah karena memuat sejarah serta asal-usul tokoh, bahkan terkadang berkesan menceritakan kelebihan tokoh. Babad Tanah Jawi ditulis oleh Mataram dan isinya berkisar tentang silsilah raja Mataram, yaitu dengan menarik garis keturunan dari manusia pertama Nabi Adam. Memuat berbagai macam cerita seputar awal berdirinya Kerajaan Mataram, peristiwa sekitar Mataram. Babad Tanah Jawi diterjemahkan dari buku yang berjudul Punika Serat Babad Tanah Jawi Saking Nabi Adam Doemoegi ing Taoen 1647 dan disusun oleh W.L. Olthof.
Berikut ciri-ciri Histriografi Tradisional Indonesia dalam Babad Tanah Jawi;
a.       Bersifat istana sentris, yaitu seputar kehidupan kerajaan Islam mulai dari Demak hingga kekuasaan Mataram, tidak dijelaskan tentang kehidupan rakyat sekitar kerajaan.
b.      Bersifat religio magic, menceritakan sesorang yang memiliki kekuatan ghaib sehingga terkesan kuat dan membuat orang takut kemudian bersedia mengikuti perintah/ajarannya. Ki Pamanahan bersama Ki Panjawi berhasil membunuh Arya Panangsang atas restu dari Sultan mendirikan Kerajaan di Mataram.
c.       Menjelaskan silsilah Raja-raja yang berkuasa.
d.      Perpindahan kekuasaan Raja berdasarkan keturunan, atau yang paling tua. Bisa menjadikan sumber sejarah bahwa pergantian raja yang diterangkan dibabad berdasarkan keturunan. Terlihat pada bab wafatnya Sultan Agung. “uwa Purbaya, rasanya-rasanya saat ini saya sudah waktunya untk menghadap Allah. Hanya pesan saya, yang pantas mengganti menjadi sultan di Mataram ini adalah putera saya yang tua, yaitu Pangeran Adipati Arya Mataram, sedang putera saya yang muda biarlah ikut juga...”
e.       Menganggap raja sebagai dewa, semua yang diperintah oleh raja selalu dipatuhi oleh para bawahanya. “Kawula Mataram semua, saya perintahkan untuk membuat bata, saya akan pindah dari kota Karta, bekas istana. Kanjeng Rama almarhum akan saya tinggalkan. Saya bermaksud membangun kota di Plered.”Bala Mataram menyatakan bersedia melaksanakan perintah raja.
f.       Usaha untuk melegitimasi dengan banyaknya gelar yang disebutkan dalam cerita babad Tanah Jawi.  Setiap orang yang berkuasa atau memiliki kedudukan diberi gelar seperti, Panembahan, Adipati, Sultan, Senopati.
g.      Memuat cerita dengan berbagai dialog-dialog ( yang menceriatakan suasana zaman tersebut.  
h.      Alur cerita dalam Babad Tanah Jawi tidak kronologis, cerita antar bab tidak berkesinambungan. 
i.        Ceritanya ada unsur dongeng dan sulit dipercaya dengan akal pikiran, pada awal bab buku sering disebut kata “alkisah”. Unsur yang sulit diterima oleh akal pikiran manusia, Ki Ageng Sela sedang pergi kesawah membawa cangkul dalam keadaan hujan. Saat itu menjelang Ashar, baru tiga cangkulan lalu ada kilat datang dalam rupa seorang laki-laki. Kyai Ageng tahu bahwa kilat harus ditangkap. Kilat itu berbunyi menggelegar. Ki Ageng kukuh menggengam. Kilat lalu diikat, diserahkan ke Demak.
j.        Menonjolkan daerah kekuasaan kerajaan. “Mataram tanahnya rata, banyak air, buah-buahan, pala gumantung, pala kapendem, pala kesimpar, hasil buah bergantung, didalam tanah, dan sejenis buah diatas tanah. Segala tanaman bisa hidup subur. Segala macam binatang di air, dan juga banyak. Banyak sumber air yang jernih. Orang berjualan juga banyak. Ada yang lalu membuat rumah”.(hal 130)
“Mataram semakin bertambah penduduknya dalam kehidupan yang serba mewah. Tempat ini semakin ramai pula”. (hal 143)
k.      Masih kental dengan cerita peperangan. Perang antara Arya Panangsang dan Ki   Panjawi bersama Ki Pamanahan. Perang merebutkan Blambangan, perang melawan Belanda.
l.        Ada unsur cerita percintaan antar Tokoh. Pernikahan Lembu Peteng dan Retna Nawangsih. Kisah cinta Adipati Anom dan Rara Oyi yang jelita.
m.    Penanggalan waktu berdasarkan tahun atau sengkalan, tidak disebutkan tanggal atau bulan terjadi peristiwa. “Setelah sampai di Mataram, lalu mulai membangun perumahan di situ, waktu itu diberi sengkalan tahun 1532” (hal 130). Meninggalnya Sultan Agung dengan sengkalan tahun 1578.
n.      Nama wilayah yang disebutkan dibuku sampai saat ini masih bisa ditemui. Misalnya Surabaya, Jakarta, Madiun, Makasar, Plered, dll. 
o.      Barang atau benda kadang diberi nama, seperti contohnya, Sunan Kudus lalu berangkat membawa bendhe (gong kecil), wasiat dari mertuanya Adipati Terung. Bende itu bernama Ki Macan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar